TANTANGAN TATA NIAGA PERTANIAN

TANTANGAN  TATANIAGA KOMODITAS PERTANIAN

Utomo, Rido’i, Imam Fausi

Abstrak

Teknik tataniaga harus diberikan kepada petani agar para petani dapat mengetaui teknik-teknik pemasaran.  Hal ini berkaiatan dengan semakin semakin sulitnya petani melakukan perdagangan komoditas yang dibudidayakan. Permasalah tataniaga dapat diatasi dengan cara membentuk lembaga-lembaga yang pertanian di desa-desa. Sehinggadengan adanya lembaga tersebut akan membantu para petani dalam menjual produknya, dan tidak akan menjual kepada para tengkulak. Strategi-strategi yang dapat meningkatkan  untuk meningkatkan harga jual  komoditas pertanian ditingkat petani yaitu denagan cara Pertama dengan cara memotong rantai pemasaran, karena dengan terputusnya rantai pemasaran akan menaikan harga ditingkat petani.  Kedua dengan memberikan informasi yang memadai tentang harga pasar kepada petani. Sampai hari ini masih banyak para petani di daerah terpencil yang minim pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa pasar. Ketiga dengan menggunakan pengaturan pola budidaya agar komoditas pertanian tidak berbuah tergantung musim. Permasalan yang dihadapi oleh petani yaitu  sulitnya mendapatkan modal yang akan digunakan untuk membudidayakan pertanian. untuk mengatasinya dapat dibentuk koperasi-koperasi dan lembaga pertanaian yang lainnya.

Kata kunci: Tataniaga, lembaga pertanaian, harag komoditas pertanian.

PENDAHULUAN

Sampai hari ini para petani kabupaten malang masih disulitkan dengan beberapa permasalahan yang menghambat proses jalannya sistem tataniaga produk agrobisnis yang menjadi komoditasnya. Hal ini karena para petani belum menguasai ilmu tataniaga produk pertanian yang tepat. Dalam menjalankan sebuah usaha, peranan strategi tataniaga sangatlah penting untuk mendukung kesuksesan usaha yang kembangkan. Tak terkecuali dalam menekuni dunia agrobisnis. Para petani membutuhkan strategi-strategi jitu agar produk hasil panennya bisa laku dipasaran dengan harga yang cukup mahal dan berhasil menembus pasar nasional maupun internasional.

Meskipun pada dasarnya strategi tataniaga di bidang agrobisnis tidak jauh berbeda dengan cara tatniaga produk lainnya. Namun sampai hari ini para petani masih disulitkan dengan beberapa kendala yang menghambat jalannya sistem pemasaran produknya. Sehingga tidak heran bila sekarang ini pemasaran produk agrobisnis belum seluruhnya berjalan maksimal dan belum berhasil menembus ketatnya persaingan di pasar nasioanal maupun mancanegara. Selama ini para petani di Indonesia masih mengandalkan teknologi sederhana dalam mengembangkan produksinya. Hal ini tentu mempengaruhi komoditas panen yang dihasilkannya, karena produk pertanian yang juga bersifat musiman (belum stabil). Ketika panen raya tiba, stok barang melimpah ruah dan harga jualnya bisa anjlok dengan nilai yang sangat rendah. Sedangkan pada saat belum musim, ketersediaan barang menjadi sangat terbatas sehingga harga jualnya bisa melambung tinggi. Ketersediaan produk yang kurang stabil seperti ini menjadi salah satu kendala besar bagi para petani, sehingga mereka belum bisa memenuhi permintaan pasar  secara berkelanjutan.

Problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah ketidaberdayaan dalam melaukukan negoisasi harga produksinya. Posis tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan pendapatan petani (Branson dan Douglas, 1983). Lemahnya posisi tawar petani pada umumnya disebabkan para petani kurang mendapatkan akses pasar dan informasi pasar.

Petani kesulitan menjual hasil komoditasnya karena tidak mempunyai jalur pemasaran sendiri. Sehingga para petani akan lebih memilih menjual langsung komoditasnya kepeda para tengkulak. Karena peningkatan produksi komoditas yang dikembangkan oleh petani tidak menjadi jaminan kesejahteraan para petani yang bergerak di bidang on farm (petani penggarap) dengan yang bergerak dibidang agribisnis hulu dan hilir, sehingga ada kesenjangan kesetaraan keda peteni tersebut.

Untuk mengatasi permasalan perlu melakukan upaya pengembangan , pemberdayaan, dan peguatan kelembagaan petani seperti (kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh dan kelembagaan permodalan) sehingga diharapkan dapat melindungi bergaianing position petani (Wedy Nasrul, 2012). Oleh karene itu lembaga penyuluhan dan kelompok-kelompok petani harus tertuju untuk membangun kelelembagaan petani. Lembaga ini hanya dapat optimal apabila penumbuhan dan dan pengembangan dikendalikan sepenuhnya oleh petani sehingga petani harus menjadi objek dalam proses tersebut ( Jamal, 2008).

Rumusan Masalah

  1. Bagaiamakah cara mengatasi  permasalahan tataniaga pertanian di kota Malang?
  2. Bagaimana cara menaikan harga jual komoditas pertaian ditingkat petani penggarap lahan kabupaten Malang?
  3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi permasalahan tataniaga pertaian kabupaten Malang.
  4. Untuk menunjukan cara menaiakan posisi tawar harga ditingkat petani penggrap lahan di kota Malang,

Tujuan

PEMBAHASAN

Promosi produk pertanaian harus diajarkan kepada petani, terutama petani kecil. Karena dengan adanya promosi produk, dapat membantu para petani untuk menginformasikan hasil produksinya kepada pangsa pasar. Selain itu promosi produk juga membantu para petani untuk meningkatkan angka penjualan komoditas guna meraih yang mereka targetkan. Untuk itu perlu adanya stategi-strategi khusus yang harus dilakukan oleh petani.

Pertama dengan cara memotong rantai pemasaran, karena dengan terputusnya rantai pemasaran akan menaikan harga ditingkat petani. Karena dengan panjangnya rantai pemasaran justru akan memperbesar biaya oprasional dan memotong keuntungan yang seharusnya diterima oleh petani. Kemudian jika semakin banyak jumlah perantara yaang akan dilalui sebuah produk komoditas pertanian maka semakin kecil pula harga ditingkat petani on farm.

Kedua dengan memberikan informasi yang memadai tentang harga pasar kepada petani. Sampai hari ini masih banyak para petani di daerah terpencil yang minim pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa pasar. Bahkan sebagian dari mereka belum mendapatkan informasi mengenai calon konsumen yang potensial. Sehingga tidak heran bila sekarang ini banyak petani yang masih kebingungan untuk memasarkan produk hasil panennya. Sehingga para petani on farm akan memilih menjual kepada tengkualk secara langsung dengan harga yang tidak terlalu tinggi.

Ketiga dengan menggunakan pengaturan pola budidaya agar komoditas pertanian tidak berbuah tergantung musim. Karena selama ini para petani di kabupaten Malang masih menggunakan  teknologi sederhana dalam mengembangkan produksinya. Hal ini tentu mempengaruhi komoditas panen yang dihasilkan, sehingga persediaan barang juga bersifat musiman (belum stabil),dan cepat rusak in Ketika panen raya tiba, stok barang melimpah dan harga jualnya bisa anjlok dengan nilai yang sangat rendah. Sedangkan pada saat belum musim, ketersediaan barang menjadi sangat terbatas sehingga harga jualnya bisa melambung tinggi. Ketersediaan produk yang kurang stabil seperti ini menjadi salah satu kendala besar bagi para pelaku usaha.

Kemudian permasalah yang dihadapi petani yang lain yaitu masalah permodalan. Akibat dari kurangnya permodalan akan berpengaruh terhadap pengguanan sarana produksi rendah (saprodi), Sehingga infesiensi skala usaha rendah.  Kemudian umumnya budaya yang dilakukan petani desa masih melakukan praktek pertanian yang berorentiasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga dan belum berorentiasi pada pasar. Selain masalah internal tersebut, masalah ekternal seperti infrastruktur, lembaga ekonomo pedesaan, intensitas penyuluhan perlu dikembangkan. Kemudaian peran dan kebijakan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran tataniaga komoditas pertanian. Karena dengan adanya campur tangan pemerintah akan mendorong usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar.

Peningkatan harga harga jual komoditas pertaian ditingkat petani penggarap lahan kabupaten Malang perlu dilakukan, sehingga kesenjangan dan tingkat kerugian petani on farm dapat dihindarkan. Cara itu meliputi:

  1. Konsololidasi petani dalam satu wadah untuk meyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian. Konsolidasi tersebut dapat dilakukan dengan kolektifitas semua rantai pertanian, seperti kolektifitas modal, kolektifitas produksi dan kolektifitas pemasaran (Akhmad, 2010).
  2. Membentuk lembaga-lembaga yang menangani masalah pertanian, seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) dan Koperasi Usaha Tani. Dengan adanya kelompok-kelompok tani tersebut diharapkan dapat memutusnya rantai pemasaran. Dan dapat memperkuat petani dalam sisi permodalan, karena para petani taidak perlu meminjam pada rentenir.
    1. Pembutan logo dalam komoditas yang dihasilakan. Dengan terbentukya lembaga-lembaga pertanian dapat dilakukan dengan membuat logo sebagai ciri khas produk tersebut. Pentingnya logo dalam pemasaran produk dapat dirasakan oleh petani. Bagi mereka, logo menjadi salah satu alat promosi untuk mengenalkan brand produk kepada konsumen. Sehingga dari ciri khas bentuk dan gambar yang ada, konsumen bisa membedakan suatu produk dengan produk lainnya.
    2. Mengolah lahan mentah menjadi bahan masak. Teknik selain dapat menaikan harga jual, dapat pula untuk menghemat tempat penyimpanan.karena yang seperti kita ketahui, bahwa komoditas pertanian bersifat volumeris. Sehigga dengan adanya pengubahan bentuk akan lebih efisien dalam penyimpanan. Contohnya,  jahe jika disimpan dalam bentuk semula akan cepat rusak dan tempat penyimpanan akan membutuhkan yang luas. Tetapi jika jahe tersebut disimpan dalam bentuk bubuk akan lebih efisien dan awet.

  PENUTUP

        Simpulan

Promosi produk perlu diajarkan kepada para petani agar dapat menganalisis pasar. Kemudaian untuk mengtasi permasalahan dalam tataniaga komoditas pertanian hal yang harus dilakukan yaitu pemotongan sitem rantai pemasaran, kemudian dengan memberikan informasi-informasi mengenai harga pasar kepada petani, dan yang terakhir dengan melakukan pola tanam agar komoditas pertanaian tidak tergantung musim.

Kemudian untuk menaikan harga petani ditingkat petani dapat dilkukan dengan cara konsolidasi antar petani, membentuk lembaga-lembaga pertanian yang dapat membantu permasalahan yang dialami oleh petani, lalu dengan membuat logo dalam komoditas yang akan dipasarkan, denagan adanaya logo akan menaiakn harga tersebut, yang terakhir yaitu dengan merubah komoditas pertanian menjadi barang masak.

       Saran

Keberhasilan tataniaga pertanian akan terwujud jika peran dan dukungan dari petani juga ada. Selain dari para petani, peran serta pemerintah dalam pengembangan kelembagaan kedepan masih diperlukan. Namu campur tangan pemerintah tidak bersifat koersif, tetapi lebih bersifat menfalisitasi saja. Hal ini bertujuan untuk melatih para petani agar bersifat mandiri.

Daftar Pustaka

Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartasapoetra. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Jakarta: Rineka Cipta.

Jafar Hafsah, M. 2002. Bisnis Gula di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Nugrayasa, Oktavio.  ”Lima Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia”. (Online), Vol. 7, No.1-5 (http://www.seasite.niu.edu/trans/indonesian/Profil%2520Kota%25, diakses 18 september 2012).

Reijntjes, Coen,dkk. 1992. Pertanian Masa Depan. terjemajan oleh Bernadus Hidayat. 2011. Yogyakarta: Kanisius.

Syahyuti.  2004. “Pemerintah ,Pasar,dan Komunitas: Faktor Utama Pengembangan Agribisnis Dalam Pedesaan”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.  22(1): 54-62.

2 thoughts on “TANTANGAN TATA NIAGA PERTANIAN

Leave a comment